(Image: zoomwalls.com)
---
Legacy © Fariz Azmi
Aku membuka mata, sekelilingku hanya ada
latar berwarna putih yang tak ada ujungnya. Aku tak tahu mengapa sekarang aku
ada di sini. Seingatku aku tertidur di kasur penginapan.
"Kau
mungkin bingung." tiba-tiba saja sebuah suara muncul entah dari mana.
Aku menoleh ke sana kemari untuk mencari sumber suara. Tapi tidak ada apa-apa.
Apakah ini sebuah visualisasi?
"Siapa kau?" Aku tetap waspada,
mencari dan mencari asal suara tersebut. Tapi mustahil.
"Aku
adalah, sebut saja 'Tuhan' di dalam game ini."
"Ha? Tuhan? Tuhan macam
apa?" Aku terheran-heran. Tuhan?
Apakah sesuatu itu berlaku di sini?
"Kau
mungkin bingung kenapa ada di sini."
"Katakan sesuatu tentang itu."
aku menantang kata-katanya, kalau dia tahu kenapa aku ada di sini, mungkin itu
cerita yang berbeda.
"Kau
sedang bermimpi. Sama seperti semua player lainnya."
"Bermimpi? Kau bercanda?"
Bermimpi? Seperti player lain? Jadi
tidak aku saja yang bermimpi seperti ini? Jika ini adalah sebuah mimpi, ini
terlalu jelas untuk sebuah mimpi.
"Tidak."
dia menjawab singkat, suaranya tidak keluar lagi.
"Apa yang sebenarnya terjadi di
sini?" aku mulai mencoba bertanya sesuatu. Kenapa kita terjebak di sini
dan mereka tidak berbuat apa-apa?
"Seperti
yang sudah kau ketahui. Kalian semua tidak bisa logout dari sini."
Dia tahu, dia tahu tentang itu. Dia pasti Game Master
atau semacamnya. "Bagaimana kau bisa tahu?"
"Seperti
yang aku bilang tadi. Aku Tuhan di sini."
"Lalu, lalu kapan mereka akan
memperbaiki bug itu?" pertanyaan
inti. Kapan mereka akan memperbaiki kerusakan itu.
"Ketahuilah,
itu bukan bug. Kalian akan tinggal di sini, di duniaku." jawaban yang
bisa membuat sebagian besar orang emosi. Termasuk aku.
"Kau bercanda lagi? Ini tidak lucu,
tahu! Apa kau mengira kita semua tidak mempunyai kegiatan atau janji di luar
sana?"
"Aku
tahu. Tapi, bukankah ini yang selalu sebenarnya kalian impi dan inginkan?"
Argumennya benar, sejak dulu aku ingin
tinggal di dunia di mana aku bisa bebas. Di VRO
misalnya. Aku yakin hampir semua gamer
juga seperti itu, dapat tinggal di dunia yang bertolak belakang dengan dunia
nyata, bersatu.
"Omong kosong! Cepat keluarkan kami
dari sini, kau, maniak! Dasar orang sinting!"
"Yang
terjadi, terjadilah. Aku tidak bisa mengabulkan permintaanmu itu." dia
terdiam sebentar, "Tapi, ada suatu
cara untuk mengeluarkan kalian dari sini. Dengan pengorbanan besar tentunya."
suaranya semakin memudar seiring kalimatnya berakhir.
"Katakan!"
"Tidak
perlu, nanti kalian akan tahu sendiri." semakin hilang.
"Hei!"
"Dan
satu pesanku, jangan sia-siakan nyawamu di sini." di akhir kalimat
itu. Suaranya tidak terdengar lagi.
Aku terbangun
dari mimpi itu. Mimpi buruk.
--