20 May 2015

Legacy - 02.4


(Image: zoomwalls.com)

---

Legacy © Fariz Azmi

Aku membuka mata, sekelilingku hanya ada latar berwarna putih yang tak ada ujungnya. Aku tak tahu mengapa sekarang aku ada di sini. Seingatku aku tertidur di kasur penginapan.
"Kau mungkin bingung." tiba-tiba saja sebuah suara muncul entah dari mana. Aku menoleh ke sana kemari untuk mencari sumber suara. Tapi tidak ada apa-apa. Apakah ini sebuah visualisasi?
"Siapa kau?" Aku tetap waspada, mencari dan mencari asal suara tersebut. Tapi mustahil.

"Aku adalah, sebut saja 'Tuhan' di dalam game ini."
"Ha? Tuhan? Tuhan macam apa?" Aku terheran-heran. Tuhan? Apakah sesuatu itu berlaku di sini?
"Kau mungkin bingung kenapa ada di sini."
"Katakan sesuatu tentang itu." aku menantang kata-katanya, kalau dia tahu kenapa aku ada di sini, mungkin itu cerita yang berbeda.
"Kau sedang bermimpi. Sama seperti semua player lainnya."
"Bermimpi? Kau bercanda?" Bermimpi? Seperti player lain? Jadi tidak aku saja yang bermimpi seperti ini? Jika ini adalah sebuah mimpi, ini terlalu jelas untuk sebuah mimpi.
"Tidak." dia menjawab singkat, suaranya tidak keluar lagi.
"Apa yang sebenarnya terjadi di sini?" aku mulai mencoba bertanya sesuatu. Kenapa kita terjebak di sini dan mereka tidak berbuat apa-apa?
"Seperti yang sudah kau ketahui. Kalian semua tidak bisa logout dari sini."
Dia tahu, dia tahu tentang itu. Dia pasti Game Master atau semacamnya. "Bagaimana kau bisa tahu?"
"Seperti yang aku bilang tadi. Aku Tuhan di sini."
"Lalu, lalu kapan mereka akan memperbaiki bug itu?" pertanyaan inti. Kapan mereka akan memperbaiki kerusakan itu.
"Ketahuilah, itu bukan bug. Kalian akan tinggal di sini, di duniaku." jawaban yang bisa membuat sebagian besar orang emosi. Termasuk aku.
"Kau bercanda lagi? Ini tidak lucu, tahu! Apa kau mengira kita semua tidak mempunyai kegiatan atau janji di luar sana?"
"Aku tahu. Tapi, bukankah ini yang selalu sebenarnya kalian impi dan inginkan?"
Argumennya benar, sejak dulu aku ingin tinggal di dunia di mana aku bisa bebas. Di VRO misalnya. Aku yakin hampir semua gamer juga seperti itu, dapat tinggal di dunia yang bertolak belakang dengan dunia nyata, bersatu.
"Omong kosong! Cepat keluarkan kami dari sini, kau, maniak! Dasar orang sinting!"
"Yang terjadi, terjadilah. Aku tidak bisa mengabulkan permintaanmu itu." dia terdiam sebentar, "Tapi, ada suatu cara untuk mengeluarkan kalian dari sini. Dengan pengorbanan besar tentunya." suaranya semakin memudar seiring kalimatnya berakhir.
"Katakan!"
"Tidak perlu, nanti kalian akan tahu sendiri." semakin hilang.
"Hei!"
"Dan satu pesanku, jangan sia-siakan nyawamu di sini." di akhir kalimat itu. Suaranya tidak terdengar lagi.
Aku terbangun dari mimpi itu. Mimpi buruk.

--

Cari

Labels

Article (1) Cover (1) Final Fantasy IX (5) GameStory (1) How To (2) Jimmy (3) Kita dan Dia (1) Legacy (22) Lyric (28) Movie Review (2) Music (1) Novel (25) Poetry (2) Story Fiction (30) Tips (8) Tutorial (2)