(Image: parablevisions.com)
---
Legacy © Fariz Azmi
13
Februari 2018
Bangun.
Seolah dunia terbangun dengan keadaan
kacau.
Semua orang
panik.
Aku membuka mata. Hari sudah pagi. Suara.
Aku bisa mendengar suara jerit dan tangis. Mereka semua juga mengalaminya.
Seperti yang dia katakan. Yang
mengaku dirinya sebagai Tuhan di dunia ini.
Aku bangun dari tempat tidurku yang sudah
berantakan. Melangkah gontai menuju pintu depan.
Tak banyak yang bisa kusaksikan sekarang.
Semua kegembiraan malam itu sirna begitu saja. Seperti ditelan bumi. Aku
bingung. Tersesat. Hilang. Semua player
berlarian ke sana kemari. Mencari perlindungan, mungkin. Aku tidak bisa
berpikir dengan jernih. Pikiranku serasa diaduk-aduk.
Aku harus pergi dari sini.
"..."
Bingung, dalam amarah aku tidak bisa
berbuat apa-apa. Aku mendongak ke atas. Langit tiba-tiba berubah warna menjadi
merah. Merah darah. Seperti system fail.
Semuanya menjadi gelap begitu saja, gelap berwarna merah darah. Ini mengerikan.
Semua orang terhenti begitu saja. Tidak
satu pun dari mereka yang bergerak. Entah kenapa, aku juga tidak bisa bergerak.
Apa mereka memberi force limitation
pada gerakan untuk sebuah pengumuman?
Benda-benda berbentuk hexagonal muncul melayang di langit. Yang pertama, dan yang lain
mengikutinya. Terdapat sebuah kata yang berbeda-beda di setiap benda itu.
Lalu tiba-tiba muncul suara berdengung di
telingaku—di telinga kami semua, player.
Suara itu suara yang kukenal dalam mimpi.
Tuhan itu. Tidak, dia bukan Tuhan, dia tidak lebih busuk daripada
sampah.
Seperti
yang kalian alami, itu semua bukan khayalan kalian. Aku datang di dalam pikiran
kalian, every single one of you.
Kata-katanya tidak terlalu jelas, lebih
terdengar seperti sebuah suara kaset radio. Ini bukan sebuah pengumuman. Ini
sebuah ancaman, sekaligus sebuah penghancur mental orang yang takut akan
kematian.
Aku tahu.
Mungkin kalian semua takut -tapi, tak perlu takut. Nyawa kalian ada pada tangan
kalian sendiri. Jika kalian mati di dunia ini. Anggap saja kalian mendapatkan
sebuah bonus kematian juga untuk nyawa kalian di dunia nyata.
Brengsek! Dia benar-benar brengsek. Leluconnya tidak lucu! Aku bahkan tidak
bisa bergerak. Hanya dapat memutar mata, melihat player-player di
sekelilingku yang juga membeku—sama sepertiku. Mereka pasti dalam ketakutan
mereka yang terdalam. Aku pun juga begitu. Namun aku menganggap ini tak lebih
daripada sekedar omong kosong.
Happy
hunting, adventurer!
Suaranya lenyap. Tubuhku bisa bergerak
lagi.
Beberapa player terlihat histeris, raut wajahnya tidak bisa kuartikan secara
jelas.
"Ini hanya bercanda, 'kan?!"
"Katakan pada kita ini hanya sebuah
candaan!"
"Keluarkan aku dari sini!"
"Ini gila!"
Mereka semua panik. Ocehannya bahkan tidak
akan didengar oleh dia yang mengaku
sebagai Tuhan. Aku sendiri bahkan
tidak bisa berpikir. Apa yang akan kulakukan setelah ini? Ke mana tujuanku?
Apakah aku akan terjebak selamanya di sini?
Untuk sekarang, mungkin pilihan yang
paling bijaksana adalah berdiam diri di wilayah aman. Atau bisa dengan
memperkuat diri, leveling. Kedua
pilihan itu sama-sama memiliki kekurangan. Kalau aku harus memperkuat diri
dengan hunting, tapi aku tidak bisa
sendirian. Terlalu beresiko. Minimal aku harus mempunyai seorang Conjurer atau Priest sebagai healer dan support.
Tapi, di mana aku bisa mendapat party seperti itu? Aku saja bahkan tidak
mempunyai teman di sini. Aku harus bisa berpikir!
Dengan jalan yang masih gontai, aku pergi.
Meninggalkan mereka semua. Satu-satunya pilihanku adalah memperkuat diri.
Sendiri ataupun dengan party.
Untuk sekarang, mungkin di sini adalah kehidupan
nyataku, dunia nyataku. Entah sampai kapan, ini akan berlangsung.
--