(Image: alphacoders.com)
---
Legacy © Fariz Azmi
Aku berbaring di atap sebuah penginapan
yang aku sewa bersama Violet—tentunya, dua kamar. Sambil mendengarkan musik
dari sebuah player melalui earphone yang kukenakan. Lagu-lagu
klasik. Berpikir segala kemungkinan yang akan terjadi jika terjebak di dalam game seperti cerita klasik anime yang dulu pernah diputar di acara
televisi. Ini semua terlalu mendadak. Setidaknya, biarkan aku menyelesaikan
kuliahku dulu, huh?
Bagaimana jika semua ini menjadi
kenyataanku? Hingga akhirnya tubuh fisikku sudah tidak kuat lagi dan aku akan
mati. Begitu saja? Ah, banyak sekali hal yang ingin aku lakukan di luar sana.
"Lagi ngapain?" tiba-tiba saja Violet merayap naik ke atap
menggunakan sebuah tangga. Aku tidak menjawabnya, hanya melepas earphone yang terpasang di telinga sebelah
kanan dan hanya melihatnya ikut merebahkan tubuh dan memandang apa yang
kupandang -langit. Langitnya memang indah, seolah nyata, padahal tidak.
"Pandanglah. Apa yang kita lihat ini
tidak lebih dari sekedar ilusi yang dihasilkan oleh sebuah data." dia
terdiam sambil memandangi langit malam.
"Setidaknya banyak orang yang hidup
lebih bahagia di sini dibandingkan di dunia nyata. Bukankah kamu juga
begitu?" itu memang benar, hidup di dunia ini memang lebih mudah dan lebih
indah jika harus dibandingkan dengan dunia nyata yang keras. Berbagai konflik
mudah muncul. Politik. Ekonomi. Semua selalu tentang uang. Sistem. Itulah
kehidupan, kau tidak akan pernah bisa hidup tanpa sebuah sistem yang
mengikatmu.
"Yah, aku tidak bisa bilang kalau aku
tidak setuju." kemudian aku menyodorkan earphone yang kulepas sebelah kepadanya, dia memakainya dan
mendengarkan apa yang sedang kudengar.
"Mmm. Lagu klasik." dia
mengucapkan itu setelah mendengarkan beberapa detik.
"Lagu klasik memang yang paling
terbaik." komentarku.
"Kupikir kamu tidak suka lagu-lagu
seperti ini." dia beralih memandangku.
"Akhir-akhir ini aku mengganti selera
musikku, mencoba menyukai apa yang ku benci," aku bangun, duduk bersila
kemudian memandangi Violet yang terlihat santai. "Kenapa kamu tidak
istirahat? Atau tidur?"
Dia mengernyitkan dahinya "Aku tidak
tahu pasti." benar, aku pun juga begitu, tidak tahu pasti apa yang sedang
kupikirkan. Ku ambil kesempatan ini untuk memancingnya ke topik pembicaraan
yang selama ini ingin kubicarakan dengannya.
"What?
Rindu dengan pacarmu di dunia nyata yang tidak bermain VRO?" aku terkekeh sambil melihatnya sesekali.
Violet manyun
lagi "Aku tidak punya pacar, tahu!" dia bangun kemudian memukul lemah
bahuku. Benarkah itu? Atau dia yang berbalik memancingku? Itu jawaban menjebak.
Tapi dilihat dari ekspresi dan nada bicaranya, dia memang jujur. Dia tidak bisa
menipuku dengan ekspresi yang dibuat-buat. Setidaknya, dia memang tidak pandai
berbohong sejak dulu.
"Oh? Selama aku mengenalmu, kamu
tidak mempunyai pacar?" aku kembali meledeknya lagi. Dia semakin manyun. Gosh, aku suka sekali melihat ekspresi wajahnya saat ini.
Tiba-tiba dia mengubah ekspresi wajahnya
menjadi serius, sekaligus sedih. Pembicaraan ini tiba-tiba saja menjadi
pembicaraan pribadi yang aku tidak tahu ke mana arahnya "Pernah, sekali.
Tapi itu tidak berhasil." oh, jawaban macam apa yang dia berikan? Ini
bukan drama percintaan di mana sang gadis patah hati. Rubah alurnya!
"Ah, tidak usah dipikirkan," dia
menoleh ke arahku, sedangkan aku tetap menatap langit malam. Tangan kiriku
terangkat ke atas, menunjuk sesuatu yang tidak pasti "Aku yakin kamu pasti
mendapatkan seorang kekasih yang sepadan dengan perjuanganmu." aku tidak
tahu harus berkata apa, tiba-tiba saja aku menjadi melankolis, atau masokis?
Violet menoleh ke arahku dan memegang
tangan kananku yang bebas lalu melepasnya. "Aku nggak nyangka kamu bisa berkata-kata seperti itu," senyumnya kembali
seiring detik berlalu. "Rupanya sekarang temanku berubah menjadi
pujangga."
"Ah, biasa saja, kok!" aku
menolak pernyataannya barusan, walaupun aku sedikit malu saat aku mengatakannya
tadi.
"Baiklah, kalau begitu aku akan pergi
tidur." dia melepas earphone
yang dipakainya dan kemudian turun, aku bisa mendengarkan derap kakinya menapak
melewati ruangan yang lantainya terbuat dari kayu ini. Dan di akhir derap
kakinya, sebuah pintu ditutup.
Aku kembali berbaring. Berpikir sejenak.
Ternyata selama ini Chloe—Violet. Berjuang dengan perasaannya. Aku dulu memang
tahu dia menyukai seseorang, namun dia terlalu bodoh untuk mengungkapkannya,
sama sepertiku dulu.
Perasaan ini sudah berusaha kubuang
semenjak tiga tahun lalu. Aku menyadari bahwa aku tidak pantas dengannya. Aku
juga tahu sikapnya dulu memang tidak seperti ini, dia memang menarik, namun
sekarang, lebih menarik. Di saat aku berusaha melupakannya, aku justru bertemu
dengannya, dan yang lebih sakitnya, sikapnya lebih baik kepadaku. Aku jadi
semakin bingung dengan perasaanku terhadapnya. Tapi, tidak selamanya aku bisa
memendam perasaan ini kepadanya, aku harus mengatakannya, entah bagaimana
caranya.
Aku kembali memasang sisi sebelah earphone yang tadi kupinjamkan ke
Violet. Sekarang lagu yang sedang diputar adalah lagu klasik yang berjudul Ode To Joy yang diciptakan oleh komposer
terkenal bernama Ludwig Van Beethoven.
Lagunya sangat menenangkan sekaligus memberi semangat.
Beberapa menit berlalu, sekarang sudah
benar-benar tengah malam. Perutku terasa lapar padahal aku sudah makan malam.
Dan aku putuskan untuk berjalan-jalan mencari kafe atau restoran di dekat sini.
Aku turun. Melihat sekilas ke arah jendela kamar Violet. Dia sudah tidur
rupanya.
Oke, keputusanku bulat. Aku akan pergi
menyusuri kota yang tidak terlalu kukenali ini. Membuka map dan mencari sebuah bangunan bertanda—toko. Tidak terlalu jauh
dari sini. Setelah aku temukan dan tandai sebagai navigasi aku beranjak
menjalankan kakiku.
Ah, sial. Aku bahkan bisa merasakan udara
dingin ini seperti menusuk tulangku, meskipun di sini aku hanya sekumpulan data
yang diberi efek-efek tertentu agar menyerupai manusia asli. Aku buka inventoryku, mencari sebuah item di antara ratusan item yang berada di inventoryku. Sort. Aku
sempat berpikir sejenak ketika melihat-lihat sekumpulan item-item yang terlihat seperti sampah tidak berguna yang memenuhi
tas. Inikah koleksiku? Aku sendiri terheran-heran. Beberapa saat kemudian aku
menemukan item yang kucari -sebuah
jaket, atau jubah, aku tidak tahu pasti. Setelah meng-klik tanda use, barang itu muncul di depanku.
Muncul seperti sihir. Lalu aku kenakan benda berwarna gelap -hitam itu. Ah,
yang benar saja, modelnya saja sudah seperti jubah kuno yang norak. Jadi untuk
kasus ini lebih cocok untuk kusebut sebagai jubah daripada jaket, ‘kan.
Jam sebelas malam. Jika di dunia nyata,
sekarang aku sudah akan bersiap untuk tidur. Berbeda dengan aku dulu ketika
menjadi gamer, jam sebelas malam
adalah jam untuk mulai bermain.
Pemandangan kota yang tidak terlalu
mempunyai ciri khas untuk sebuah negara, masih seperti kebanyakan arsitektur
negara-negara barat lainnya. Di Whitehorse sendiri, kotanya tidak juga terlalu
banyak pemandangannya, di sebelah kota kau bisa melihat sungai besar yang
mengelilingi hampir seluruh kota. Lalu di seberang sungai itu kau bisa langsung
melihat sebuah area hutan yang banyak berisi monster-monster berjenis
kuda. Jenis paling aneh dari kuda-kuda tersebut adalah ada kuda yang mempunyai
bulu, bulu rambut seperti kucing.
Dungeonnya
pun tidak cukup banyak. Hanya beberapa.
Ah, aurora,
di sini kau bisa melihat aurora yang
jaraknya cukup jauh, mungkin kau bisa melihatnya dengan jelas menggunakan
teropong. Kecuali kau adalah seorang Myrian. Mereka bahkan bisa melihat dalam
kegelapan!
Aku melewati beberapa bangunan yang berada
di sepanjang jalan ini, hanya sedikit lampu yang menerangi jalan. Setelah
beberapa menit berjalan, aku menemukan akhir dari tujuan navigasiku, terhenti
di sebuah bangunan yang kurasa cukup tua. Ini adalah satu-satunya bar di kota ini. Nico Bar. Aku harap
mereka mempunyai koki dengan skill
yang cukup tinggi. Atau setidaknya makanan khas.
Kemudian aku memasuki bangunan dengan
pintu bar ala era koboi. Di dalamnya ada cukup banyak pemain yang sedang
mampir. Sebagian masih mengenakan pakaian bertarungnya, sebagian sepertiku
mengenakan pakaian biasa, toh kita berada di wilayah aman, kita tidak bisa
diserang monster ataupun di-PK.
Sebanyak pemain yang kulihat, tidak ada
yang kukenal. Justru aku akan merasa aneh jika aku bertemu seseorang yang
kukenal di sini. Karena selama aku bermain di sini, aku memilih untuk tidak
terlibat dengan banyak orang. Kau tahu, konflik bisa dipicu oleh apa saja,
bahkan dengan berkenalan! Tapi hanya mempunyai kenalan beberapa saja itu tidak
masalah.
Setelah itu aku mengambil tempat duduk di
pojok ruangan, tempat yang langsung menghadap ke sungai. Daripada aku harus
duduk menghadap ke arah jalan dan dilihat oleh NPC yang berjalanan atau player
lain, itu sedikit membuatku risih. Di sini, NPC
dibuat menyerupai manusia sungguhan, mereka dapat mempelajari sesuatu,
mempunyai sifat yang berbeda-beda, hingga makanan kesukaan mereka. Bahkan
perbedaan status sosial. Kalau kau lebih menikmati menjadi seorang penjahat di
sini, mungkin kau akan mencari NPC
yang kaya dan memeras hartanya. Tapi tentu saja, NPC itu akan mengingatmu sebagai penjahat dan akan membencimu.
Sebuah menu hologram muncul di depanku tak
lama setelah aku duduk. Memang, ketika kau duduk di sebuah bar atau kafe, kau
bisa memesan makanan dan minuman melalui menu hologram yang muncul ini. Tidak
banyak yang ditawarkan oleh bar ini,
kebanyakan minuman, yah, memang karena ini adalah bar, bukan kafe atau restoran.
Aku menekan sebuah menu makanan yang
namanya sulit dieja. Mungkin sebuah menu khas kota atau negara ini. Poutine. Seperti itulah namanya.
Tak beberapa lama kemudian pesanan datang.
Ah, aku sudah lapar.
Tiba-tiba saja ada seseorang yang
berteriak dari luar jendela. Bukan jendela yang menghadap ke sungai, namun yang
menghadap ke jalanan. Semua orang yang mendengar teriakan itu langsung
berbondong menuju jendela, begitu pula aku. Ada monster yang memasuki wilayah
aman dan menyerang NPC.
Ini
tidak masuk akal, mustahil kecuali mereka mengubah peraturan.
Aku segera melambaikan tangan membuka
menu, bergegas menuju opsi kostum di mana kau bisa menyimpan template perlengkapan dan senjata yang
kau pakai. Di sini, aku mempunyai beberapa kostum dan gaya bertarung. Itu pun
aku sudah sedikit lupa bagaimana gayaku bertarung.
Ada tiga nama template di opsi kostum ini. Pertama adalah Stealth, kedua adalah Frontal,
dan yang ketiga tidak dinamai. Entah apa maksud opsi kostum ketiga itu, tanpa
pikir panjang aku memilih template
Frontal. Use.
Dalam beberapa detik saja seluruh
pakaianku berganti menjadi pakaian bertarung dengan warna putih. Oh, rupanya
aku seperti guardian angel dengan
pakaian serba putih, atau mungkin bisa disebut juga dengan malaikat pencabut
nyawa. Sesuai dengan nama template
kostum ini. Ah, itu tidak penting sekarang.
Sebuah busur tergenggam di tangan kiriku.
Aku sudah lama tidak memegang busur. Dari bentuknya yang cukup unik, busur ini
terlihat kuat. Sebentar lagi aku akan terjun ke pertempuran sungguhan pertamaku
dalam dua tahun ini. Aku masih mengingat sebagian kecil nama-nama skill yang sering kugunakan dulu.
Tidak ada orang lain selain aku yang
mengganti pakaian, bahkan petarung yang masih berpakaian bertarung saja
terlihat berpikir dua kali untuk terjun langsung melawan monster yang cukup besar itu, untuk sekilas monster itu memang terlihat
cukup kuat. Tidak ada seorang pun kecuali satu, seorang Pixie dengan job Warrior. Ini terlihat sedikit aneh,
tidak banyak player yang menggunakan
kombinasi ras dengan job yang tidak
sesuai dengan kriteria rasnya.
Aku melihat sekilas guratan wajahnya, dia
tidak terlihat takut sama sekali. Setelah aku keluar dari bar itu, aku segera melakukan identifikasi terhadap sang monster yang berbentuk seperti centaur dengan membawa dua kapak di
kedua tangannya. Monster ini sedang
mengamuk, entah apa yang memancingnya kemari dan dapat menembus wilayah aman
yang biasanya tak bisa dimasuki oleh monster.
Aku mengidentifikasi monster itu, monster berlevel 82. Kukira ini akan menjadi
pertarungan yang cukup panjang mengingat levelku cukup jauh di bawahnya. Entah
dengan Pixie itu, kalau levelnya
cukup jauh di atasku atau sama dengan monster
itu, mungkin ini akan menjadi pertarungan yang lebih mudah.
"Hey
kau Warrior!" aku berteriak
memanggilnya dengan asal karena aku tidak mengetahui nicknamenya. Dia menoleh saat akan mengeluarkan kedua pedang yang
bentuknya cukup tebal, aku lupa apa tipe pedang seperti itu.
"Hey."
dia menjawab tanpa menoleh sedikit pun ke arahku.
"Butuh bantuan?" aku menawarkan
bantuanku, ini lebih persis seperti aku meminta izin kepadanya.
Dia kemudian menoleh dan memandangku
dengan singkat dari bawah hingga atas lalu kembali memandang monster yang
sedang mengamuk yang menghancurkan beberapa, "Boleh," dia maju
beberapa langkah sambi mengambil kuda-kuda menyerang, tapi sebelum dia sempat
mulai menyerang monster itu, dia
membuka menunya. Dia mengundangku masuk ke dalam partynya -lebih tepatnya membuat party. Aku menerima undangan itu dan berjalan menjauh mencari spot aman untuk menyerang. Gaya
bermainku kali ini frontal, mengingat aku tidak seberapa berguna dalam
pertarungan ini. "Siap?" sebuah suara muncul di telingaku. Jika
berada dalam party, kita bisa tetap
berkomunikasi dengan anggota party
lain menggunakan sebuah fitur yang disebut Telepathy,
lebih mirip walkie-talkie tanpa alatnya.
"Ayo kita bunuh monster jelek itu!" aku berseru sedikit karena terlalu
bersemangat dengan pertarungan yang akan dimulai ini.
Tak lama kemudian dia memulai pertarungan
itu dengan mengibaskan kedua pedangnya ke arah centaur yang sedang sibuk dengan NPC terakhir yang tersisa di sana. Sebuah skill terbentuk dari kibasan pedang itu. HP bar yang berada di
atas kepalanya hanya berkurang sedikit sekali, malah hampir tidak terlihat
berkurang. Monster ini kuat.
Pixie terus
berlari ke arah belakang melalui bawah tubuh centaur untuk menghindari serangan balasan dari makhluk itu dengan
menghempaskan kedua kapaknya ke arah tanah dengan sangat keras. Kemudian dia
kembali mengeluarkan sejumlah chain-skill
secara beruntun dan menyelesaikan beberapa skill
beruntun itu bahkan sebelum centaur
itu genap memutar tubuhnya setelah sebelumnya menarik kembali kapaknya.
Aku kemudian maju dengan perlahan sambil
tetap mengawasi mereka berdua bertarung. Hingga kemudian Pixie itu mengeluarkan
semacam skill yang membuat stun sekaligus defense makhluk itu turun untuk beberapa detik. Aku tahu ini, ini
adalah skill silang yang dimiliki Warrior
dengan sejumlah besar job damage dealer.
Aku tidak menyia-nyiakan kesempatan itu
dengan hanya berdiri dan memandang saja. Aku segera membidikkan busurku ke arah
kepalanya—organ vital paling sederhana makhluk hidup. Sebuah anak panah
terbentuk dari cahaya biru ketika aku menarik busurku dengan tangan kanan.
Dengan charge yang penuh dengan
cepat, aku melepaskan anak panah itu sekaligus mengeluarkan sebuah skill terkuat yang bisa kuingat. Darrava Shooting Star.
Anak panah itu melesat dengan cepat ke
arah kepalanya, sebelum benar mengenai centaur
itu, anak panahku terbagi menjadi lima bagian, membentuk sebuah bentuk bintang
yang lebih terlihat persegi lima dengan suatu efek.
Sebuah crictical
hit tercipta namun tidak memberikan damage
yang terlalu besar. Tentu saja, centaur
ini levelnya jauh di atas levelku, jadi tidak aneh jika seranganku
tidak seberapa. Sebuah ikon cooldown
tercipta di bawah Mana bar yang
diikuti dengan berkurangnya poin manaku.
Berkurang 750 dari totalnya yang berjumlah 6360 dan setelahnya efek dari skill pasif untuk menambah mana muncul di bawah HP bar, manaku mulai terisi sedikit demi sedikit. Skill pasif milik ras Vasheek yang satu ini memang tidak terlalu
banyak menambah mana gratis secara
drastis dalam waktu singkat, karena ras Vasheek lebih menonjol pada skill pasifnya yang dapat mengurangi
waktu cooldown hingga 40%.
"Nice."
sebuah suara kembali terdengar dari telepatiku bersama Pixie yang belum
kuketahui namanya itu.
Namun setelahnya sebuah respon yang cukup
tinggi dari centaur itu tercipta, dia
menghempaskan kedua kapaknya yang besar itu tepat ke arah Pixie.
Karena sudah tidak ada cukup waktu untuk
menghindar, dia mengaktifkan skill defensivenya yang dapat menambah
ketahanan terhadap tebasan senjata selama beberapa detik. Dia silangkan
pedangnya di depan tepat sebelum kedua kapak centaur itu mengenai tubuhnya. Kecepatannya sungguh luar biasa.
Sebuah letupan besar tercipta yang disusul
oleh angin yang terhembus karena Pixie itu berhasil menahan serangan besar dari
centaur. Namun HP bar Pixie itu berkurang sedikit demi sedikit seiring dia menahan
serangan itu. Mungkin kalau dia tidak memakai skillnya barusan mungkin HPnya
akan berkurang lebih banyak lagi.
Dengan itu aku langsung menembakkan lagi
busurku secara beruntun tanpa charge.
Sebuah skill terbentuk pada anak
panah terakhir yang aku keluarkan¸ sebuah skill
pasif yang secara otomatis keluar ketika aku menembak beruntun secara cepat. Skill itu skill untuk mem-provoke.
Artinya, agar centaur itu menyadari
keberadaanku dan perhatiannya teralihkan agar mengejarku. Skill ini kebanyakan dimiliki oleh job-job melee yang berguna sebagai pertahanan
seperti Paladin atau Guardian. Namun kurasa job-job
lain juga banyak yang mempunyainya.
Seperti dugaanku, centaur itu menahan dan menghentikan serangannya, lalu berbalik ke
arahku. Bagus, sekarang aku harus lari darinya sementara memberi waktu kepada Pixie
itu untuk meregenerasi HPnya.
Centaur
itu membuat kuda-kuda setelah melihatku, dia bersiap untuk berlari. Aku tahu, centaur itu makhluk yang larinya cukup
cepat. Inilah bagian di mana mungkin aku tidak bisa lari darinya. Aku kembali
membidikkan busurku ke arahnya, tanpa charge,
aku melepaskan sebuah skill dengan
efek slow selama tiga puluh detik.
Ini mungkin cukup membantuku agar bisa kabur.
Jeb!
Panah itu tepat mengenai bahunya, hampir saja meleset. Sebuah teriakan kecil disertai
munculnya ikon efek terbentuk di bawah bar
HPnya. Slow. Bagus.
Aku kemudian berlari menjauh darinya,
walaupun terkena efek itu, ternyata tidak terlalu berpengaruh terhadapnya. Aku
berlari menuju ke sebelah bangunan yang tidak jauh dari tempatku berdiri.
"Tidak, pancing centaur itu ke sungai." suaranya terdengar lagi, tanpa pikir
panjang aku langsung mengubah arah pijakanku menuju sungai. Sepertinya dia
mempunyai sebuah rencana. Sekilas aku melihatnya berlari dahulu ke arah sungai,
lalu beralih memandang centaur itu, HP barnya
bahkan masih berkurang tiga persen. Ini mustahil untuk memenangkan dengan
cepat, walaupun bisa mengurangi sedikit demi sedikit HPnya, kami berdua harus berhati-hati terhadap serangannya. Satu
tebasan yang tadi berhasil ditahan oleh Pixie plus sebuah skill itu
saja masih dapat menembus pertahanannya dan mengurangi HPnya hampir enam puluh persen. Tapi mengingat kalau rata-rata HP yang dimiliki ras Pixie cukup rendah
dibandingkan ras lain. Itu mungkin tidak terlalu mengerikan seperti
perkiraanku.
"Baiklah!" aku menyusuri
bangunan-bangunan yang terjajar rapi di sepanjang jalanku menuju sungai,
diikuti oleh centaur itu yang secara
brutal merusak bangunan-bangunan yang tadi kulewati. Untung saja sebagian besar
bangunan ini adalah bangunan milik NPC.
Tidak lama berlari, diikuti oleh centaur yang masih terlihat marah dan
terus mengejarku. Aku turun meluncur beberapa puluh meter ke bawah menuju anak
sungai.
Setelah mendarat dengan selamat di bawah,
aku segera berlari lagi menuju di mana Pixie itu sudah berada sejak tadi.
Kulihat ke belakang, di atas, centaur
itu masih terlihat marah, belum ikut terjun ke bawah. Namun karena centaur itu berpijak pada ujung tanah yang
tidak kasar, dia jatuh terperosok ke bawah dan menghantam dengan kuat dengan
separuh bagian tubuhnya, diikuti dengan gelegar seperti gempa. HP barnya berkurang sedikit. Tapi itu
cukup menguntungkan kami untuk mempersingkat pertarungan tapi akan membuatnya
semakin marah saja. Sempat terbesit olehku taktik yang terdengar konyol.
Mengulangi hal barusan dengan menarik centaur
itu kembali ke atas dan memaksanya jatuh lagi. Tapi itu terlihat bodoh karena
tentu saja, monster juga bisa
mempelajari sesuatu hingga mereka mati. Jadi aku tidak bisa melakukannya dua
kali, monster itu pasti menyadarinya.
Tidak lama setelah dia terjatuh, monster
itu mulai bangkit kembali. Pixie yang berada di sebelahku bersiul kecil
memanggilku di antara gemuruh arus sungai yang cukup deras, aku bisa mendengar
siulannya. Aku menoleh. Dia mengisyaratkan aku untuk menyeberangi sungai
bersamanya. Entah apa yang direncanakannya aku tidak tahu, aku hanya bisa
mengikuti perintah untuk pertarungannya kali ini. Kami berdua melangkah
menerjang sungai yang cukup luas itu, kira-kira sekitar lima puluh meter dengan
arus yang paling deras ada di tengahnya. Kurasa mustahil untuk menyeberangi
sungai ini. Tapi aku ingat jika aku mempunyai skill evasion yang
berguna untuk melangkah mundur atau lebih tepatnya teleport beberapa meter, mungkin trik ini bisa mengakali untuk
menyeberangi sungai
"Apa kau bisa menyeberangi
sungainya?" dia bertanya kepadaku selagi sampai di titik terdalam sungai
yang bisa kucapai sebelum tenggelam di langkah berikutnya. Aku berpikir
sejenak, mungkin skill itu bisa
membantuku mencapai seberang sungai.
"Dunno,
bagaimana menurutmu?" aku bertanya balik, walaupun hanya aku sendiri
yang mengetahui seberapa jauh kemampuanku.
Dia hanya tersenyum, melihat ke arah
sungai dan ke arahku secara bergantian sambil memberikanku balasan dengan
ekspresi entah-tapi-mungkin-kau-bisa-melakukannya. Ah, screw this. Aku akan nekat. Lagi pula kalau tidak tidak dicoba, aku
tidak akan tahu bisa melakukannya atau tidak.
Aku mengambil kuda-kuda selagi centaur itu terlihat mulai mendekat. Pixie
yang berada di sebelahku menahan lenganku, dia akan mengatakan sesuatu
kepadaku.
"Ketika kau sampai di sana. Tunggu sinyalku untukmu meng-Graphook dan tarik centaur itu." Graphook,
itu adalah sebuah skill dasar Archer untuk memanah menggunakan tali
yang tujuannya agar bisa mencapai daerah yang tidak bisa mereka jangkau dengan
lompat atau evasion. Aku tidak tahu
kalau Graphook bisa digunakan untuk
menarik seekor monster, apalagi
dengan ukurannya yang seukuran gajah ini—kuat atau tidak?
"Aku nggak yakin bisa menariknya, dilihat dari ukurannya sebesar
itu." aku membuat sebuah argumen.
Dia tersenyum kepadaku sambil berjalan ke
depan beberapa meter, "Kau mungkin meragukan itu. Tapi, percayalah padaku untuk yang satu ini!" kata-katanya
seolah sebuah motivasi untukku. Dia benar. Dia saja bisa menahan kapak sebesar
itu hanya dengan dua buah pedang, mengapa aku tidak bisa menarik tubuh raksasa
itu?
Setelahnya aku menyeberangi sungai itu.
Cukup mengerikan juga, walaupun skill
evasionku hanya memiliki cooldown
dua detik, itu pun sudah dibantu dengan skill
pasif Vasheek yang mengurangi cooldown,
tak membuat menyeberangi sungai ini mudah. Aku lompat, setelah mencapai titik
tertinggi lompatanku, aku segera menggunakan evasion tiga kali, di akhir pendaratan aku hampir saja hanyut
tenggelam terbawa arus karena sempat terpeleset oleh batu-batu sungai yang
licin.
Aku segera mencari pijakan di atas batu
besar di pinggir sungai, cukup nyaman dan tidak licin, karena batu ini
tingginya sekitar satu meter lebih di atas terjangan arus air.
Centaur itu
mulai mendekat memasuki air dengan ragu. Si Pixie itu tidak bergeming sedikit
pun melihatnya mendekat kepadanya, dia terlihat sangat tenang sekali. Dia
mainkan kedua pedangnya yang mengarah ke dasar sungai. Ke depan dan ke
belakang, seperti diseret dalam air.
Hingga centaur
itu sudah berada empat meter di depannya, dia masih tidak mengubah
kuda-kudanya. Aku sesaat khawatir. Aku naikkan busurku, membidik ke arah centaur itu. Charge. Chargeku sudah
penuh dan hanya tinggal melepaskan peganganku pada tangan kanan untuk
menembaknya.
Pixie dan centaur saling bertatap muka, berlangsung cukup lama. Hingga saat centaur itu mengganti kuda-kudanya, dia
melakukan charge untuk mengeluarkan skill.
Satu detik. Dua detik. Tiga detik.
Centaur
itu akhirnya melepaskan charge yang
disertai sebuah geraman dan mengeluarkan sebuah skill kecepatan. Aku baru teringat kalau centaur itu adalah demihuman
kombinasi antara kuda dengan manusia, tentu saja dia adalah makhluk darat alami
dan tidak bisa berenang. Di darat dia bisa berlari dengan kecepatan yang cukup
cepat, kalau di air dia tidak akan bisa berbuat banyak. Mungkin itulah mengapa
sekarang centaur itu mengeluarkan
sebuah skill berlari dan menerjang
dengan tanduknya.
Saat centaur
akan menerjangnya, secara menakjubkan Pixie
itu mengeluarkan sayap. Melompat dan terbang memutari tubuh centaur itu ke belakang. Saat inilah
kesempatanku, aku menembakkan anak panahku, tidak dengan Graphook, namun dengan Slow,
kuharap ini akan membantunya. Setelah
mendarat dan anak panahku mengenainya, disertai munculnya sebuah ikon slow di bawah HP bar centaur itu, dia
langsung mengeluarkan chain-skillnya. Kali ini chain-skill yang ia keluarkan lebih hebat dibandingkan yang saat
pertama tadi. Tebasannya lebih cepat dan menghasilkan crictical hit. HP centaur
itu berkurang cukup drastis kali ini. Centaur
itu meraung dengan sangat keras dan berusaha untuk membalikkan tubuhnya namun
nihil, efek yang dihasilkan lebih kuat daripada kekuatannya.
Aku menarik busurku lagi, bersiap-siap
untuk saat yang tepat menembakkan Graphook
ke arahnya. Charge hingga penuh. Centaur itu bahkan belum membalikkan
tubuhnya karena efek slow dan dia
berada di tengah air.
Tebasan puncaknya berada dalam detik ke
tiga puluh, sama seperti habisnya efek slow,
dia mengeluarkan skill berputar dan
mematahkan ketiga pergelangan kaki centaur
itu -crictical hit kecuali satu yang
berada di sebelah kanan depan karena meleset. Monster itu rubuh namun masih
berusaha untuk berdiri dengan menopang pada tangannya yang menjangkau tanah.
Sebuah sinyal darinya terlihat.
Inilah saatnya menembakkan Graphook.
Dash!
Graphook
yang kutembakkan tepat menembus dadanya. Bisa kurasakan anak panah itu menembus
tulang rusuknya cukup dalam. Sebuah crictical
hit tercipta pada organ vital melalui
skill ini—skill dasar Archer, setelahnya centaur
itu mengalami pengurangan HP secara
berkala yang disebut bleeding dalam game ini. Setelah benar-benar tertancap,
sebuah tali bersinar tercipta muncul melalui ekor anak panah yang tertancap di
dadanya. Itulah Graphook. Langsung
berada pada genggaman tanganku, aku langsung menariknya sekuat tenaga. Awalnya centaur itu memberontak dengan
melilitkan tangan kirinya pada tali itu lalu menariknya, dan aku hampir saja
tertarik olehnya, namun aku tidak mau kalah. Aku melakukan charge pada tali yang sedang kupegang untuk menarik centaur menuju tengah sungai—untuk
menenggelamkannya. Itulah rencananya. Aku baru menyadarinya hingga sekarang
saat melakukannya
Sambil terus mengeluarkan chain-skillnya, centaur itu
mulai kewalahan menghadapi Pixie, ditambah dengan Graphookku, dia terlalu susah untuk fokus kepada dua objek,
terutama juga karena dia mengalami bleeding
juga, serta airnya. Sebuah combo
beruntun yang membuat segala kelemahan centaur
terbuka.
Pixie itu hebat, menjadi seorang damage-dealer dengan mengandalkan strategi dan kelebihan untuk menutupi
kekurangannya. Dia bisa menjadi seorang Warrior yang unik walaupun dalam jumlah
crictical hit dia memang masih kalah damage
dibandingkan ras lain seperti Human, Vasheek, atau Nozorian, namun dia bisa
menggunakan chain-skillnya secara terus menerus karena skill pasif regenerasi mana milik ras Pixie itu salah satu yang
terbaik. Ditambah lagi karena pada dasarnya job
Warrior memiliki cooldown yang
relatif singkat daripada job-job yang lain.
Setelah sekitar lima belas menit berlalu
seperti itu. Akhirnya centaur itu
tenggelam ke dalam air saat sisa HPnya
tinggal sekitar sepuluh persen. Centaur
itu kehabisan tenaga dan pasrah, lalu tenggelam.
Butuh waktu sekitar satu atau dua menit
tenggelam untuk menghabiskan sisa nyawa makhluk darat yang tidak bisa berenang
itu. Aku melepaskan pegangan Graphookku
lalu mengeluarkan anak panah lagi, mencharge
dengan singkat lalu menembakkan anak panahku ke dalam tubuh centaur yang tenggelam itu. Menghabiskan
sisa nyawanya yang sedikit.
Tubuhnya pecah menjadi bagian-bagian
abstrak yang bersinar di dalam air. Sebuah tab
baru muncul. Ringkasan apa saja yang kudapatkan dari membunuh makhluk itu.
Jumlah Exp yang kudapatkan lumayan
besar, bertambah sekitar dua puluh persen, kalau tidak salah jumlahnya hampir
setara dengan final boss di raid. Drop itemnya pun juga lumayan. Sebuah item berwarna ungu, aku tidak tahu apa fungsinya, tapi sepertinya
penting. Lalu beberapa penambahan exp
skill yang tadi kugunakan. Di sini, setiap skill memiliki exp, kalau
sering digunakan, efeknya akan bertambah kuat. Skill juga bisa level up.
Terakhir, jumlah drop Kal yang cukup besar juga, itu adalah
sebutan untuk mata uang universal di VRO.
Sebuah tanda hologram berbentuk hexagonal yang cukup besar terbentuk di
langit-langit tempat centaur itu
lenyap. Tanda itu bertuliskan 'Congratulations'
selama beberapa detik dan digantikan dengan tulisan lain yang bertuliskan 'You're finished the first wave' dengan
selang waktu yang sama, tulisan itu berganti lagi. 'Next wave in 30 days'.
Ini berarti akan ada lagi serangan seperti
ini dalam tiga puluh hari. Mungkin lebih hebat lagi, karena ini hanya
permulaan. Inikah event baru yang
dimulai?
Secara tidak sadar aku tersenyum menatap Pixie
itu di seberang sungai. Ini menakjubkan. Dia juga tersenyum ke arahku. Semua player dan NPC bersorak. Aku bahkan tidak sadar bahwa mereka semua sudah
berkumpul di sana. Bahkan Violet ada di sana, di antara kerumunan yang kulihat.
"Turunlah. Kita akan merayakan kemenangan kita." suara itu terdengar
lagi melalui telepathy. Aku
segera menyeberang sungai setelahnya.
--