24 May 2015

Legacy - 05.4

(Image: desktopwallpapers4.me)

---

Legacy © Fariz Azmi
"Kembali!" perintah Avery seketika melihat boss di sebuah ruangan di dalam dungeon itu. Ini sudah tiga jam lebih kami berada di dalam dungeon. Bisa dibilang susah karena kami tidak mempunyai banyak informasi terhadap apa yang kami hadapi.
"Ada ap—“
"—shh!" Avery membungkam mulut Foxx dengan lengannya dibalik perisai yang ia pegang. Untung saja boss itu tidak menyadari keberadaan kami.
Ini adalah pertarungan penentuan untuk kami berlima. Fokusku semakin berhambur sekarang, susah kukumpulkan lagi.
"Cello!" ucap Avery pada Cello yang sekejap mata sudah menghilang, itu sebuah perintah untuknya.

Avery kemudian berjalan pelan menuju di mana boss itu berada, Foxx bersembunyi dibalik tubuh besar Avery, sedangkan aku dan Arianne masih terdiam mengintip dari bebatuan yang menutupi kami. Menunggu sebuah perintah, itulah pekerjaanku saat ini.
Meskipun aggro yang dimiliki Avery cukup besar, itu belum cukup untuk menarik perhatian monster berbentuk elang dengan sambaran-sambaran petir di sekelilingnya.
Level 110. Itu level yang cukup tinggi untuk boss. Ada perbedaan tingkatan class antara boss di dungeon, raid, dan world.
"Blue!" Avery memanggil setelah ia mengeluarkan provoke. Kukeluarkan anak panahku dan melepasnya dengan efek slow. Namun tidak mempan -tidak, petir itu menghalau anak panahku. Dengan segera monster yang mempunyai nama Storm Orion itu menatap Avery dengan sepasang mata berwarna merah darah yang ia miliki. Mengibaskan sepasang sayap yang ia rentangkan. Kekuatan kibasan itu cukup membuat Foxx terhempas ketika ia berusaha menebas monster itu dengan pedang raksasanya yang berjenis claymore.
Ia terhempas beberapa meter, begitu pula dengan pedangnya. Namun berbeda dengan Avery, ia masih cukup kuat untuk menahan hempasannya, hanya bergeser sedikit dari tempatnya menahan.
Arianne akan bertindak dengan skill penyembuhannya, ia akan melambaikan tongkat yang ia pegang dan itu ditujukan pada Foxx yang tadinya terhempas, mengurangi jumlah HPnya secara signifikan, bahkan kurasa terlalu kuat. Aku menahan Arianne, jika ia melakukan penyembuhan padanya, itu akan membuat perhatian Storm Orion teralihkan kepadanya.
Avery maju menuju monster itu, Foxx masih berusaha berdiri dan mengambil pedangnya. Yang kulihat saat ini, ia hanya tersenyum sambil menatap Storm Orion.
Setelah genap membenarkan posisinya, Foxx mengambil pedang yang ia jatuhkan tadi. Berjalan menuju Storm Orion sambil menyeret pedangnya, lalu berlari dengan kecepatan yang dimilikinya.
Bodoh, ia akan kalah terlebih dahulu jika menyerangnya sekarang, terlebih tanpa bantuan atau pengalihan.
Aku lari menuju arahnya, menembakkan panah-panahku sebisanya agar ia tidak menyerang Foxx. Beberapa chain-skill yang kukeluarkan bahkan hampir tidak memberi efek yang terlihat. Ini benar-benar susah, terlebih dengan fokus yang tidak penuh seperti ini.
"Foxx!" aku berteriak padanya, ia bahkan tidak menghiraukan, dapat kulihat Avery tidak percaya melihat Foxx bertindak seperti itu, dan yah, walaupun Foxx memang sudah sering mengabaikan perintah, kukira yang satu ini benar-benar diluar batas toleransi. Bukankah mereka semua ingin memenangkan kompetisi perdana mereka?
"Hei Foxx!" Avery berteriak kepada Foxx, namun tak dihiraukannya. Ia maju berlari ke arah elang itu, berusaha menghalau atau mendahului Foxx.
Foxx mengeluarkan chain-skillnya yang berupa kilatan-kilatan api. Tak mempan. Sangat tidak beruntung kalau tidak ada satu pun di antara kita yang menyukai elemen tanah, karena itu bisa menjadi senjata untuk melawan elemen petirnya.
"Tanah!" teriakku, seharusnya aku mengatakan ini dari tadi.
"Apa?" Avery menoleh setelah mendengar teriakanku.
"Tanah! Elemen tanah!" teriakku mengulangi. Yang aku ingat saat ini hanya diriku sendirilah yang mempunyai senjata berelemen tanah. Aku mengganti senjataku bahkan masih sambil berlari. Senjata itu tidak terlalu bagus karena aku persiapkan hanya untuk cadangan saja, bahkan statnya jauh di bawah senjata utama yang biasa kugunakan. Namun, inilah satu-satunya senjata yang efektif untuk melawannya.
Sebuah serangan beruntun dari Avery sembari menghalangi burung elang itu, beberapa kali ia terkena cakaran kakinya namun juga berhasil ditepis dengan perisainya beberapa kali. Dia terlihat sangat bagus, namun belum sebagus itu untuk dapat mengalahkannya sendirian.
Bergantian, aku, Avery dan Foxx menyerangnya, Arianne tetap menjaga di belakang menyembuhkan masing-masing dari kami yang membutuhkan. Cello bahkan belum terlihat lagi sejak tadi, apa dia masih terlalu sibuk?
Walaupun damage yang ditimbulkan dengan serangan gabungan kami tidak terlalu berpengaruh, itu tidak menyurutkan semangat mereka. Cello kembali beberapa saat setelah itu, jebakan yang ia pasang tepat di belakang elang itu, tempat kami menyudutkannya. Sebenarnya tidak terlalu susah untuk melakukan serangan, hanya saja elang itu kerap kali terbang ke sana-kemari.
Setelah beberapa kali  menggunakan provoke, barulah elang itu baru bisa menggapai Avery untuk jatuh dalam jebakan yang Cello buat. Beberapa jebakan rantai, bom, dan sebagainya yang tidak bisa kusebutkan saat elang itu menginjak dengan tepat jebakan berantainya. Kombinasi-kombinasi terjadi, seperti kembang api yang sedang meledak di udara.
Itu semua masih tidak cukup. Aku membuat sebuah keputusan untuk melakukan beberapa tindakan agar mempercepat pertarungan ini, meski berisiko, aku akan mengambilnya.
Aku maju beberapa langkah, ada satu skill yang muncul, satu skill yang belum pernah kugunakan, walau aku tahu skill itu mempunyai damage yang menggiurkan namun ada beberapa hal yang membuatku tidak pernah menggunakannya, efek.
Efek dari skill ini cukup mengerikan jika tidak digunakan disituasi seperti ini, karena kau akan lumpuh sementara, temporary, sekitar satu menit. Namun kukira itu sepadan dengan damage yang akan dihasilkan setelah efek kombinasinya, dapat melebihi chain-skill terbaikku. Terlebih dengan kombinasi elemen yang bisa kuhasilkan nanti. Kau tahu, skill ini bahkan memerlukan jarak yang cukup dekat agar akurasinya tepat.
"Mundur!" aku memerintahkan Foxx untuk mundur dengan tambahan isyarat tangan. Ia terlihat tidak mengerti, namun ia mundur. "Avery, beri aku sedikit bantuan."
"Katakan saja kalau kau punya rencana yang lebih bagus dari ini."
"Confuse."
"Hah?"
"Ini mungkin akan menjadi satu-satunya cara untuk mengalahkannya."
"Kau serius? Bar HPnya bahkan masih di atas 90%." aku hanya tersenyum melihat keraguannya.
"Dan Avery, ganti senjatamu dengan yang berelemen air."
Satu-satunya cara untuk dapat mendekatinya hanyalah dengan cara itu, setidaknya hanya itu yang kutahu. Rencana sederhana ini mungkin hanya akan berhasil dengan ketepatan.
"Arianne, aku butuh penyembuhanmu setelah aba-aba dariku," sebuah anggukan langsung darinya, aku tahu dia tidak akan banyak bertanya. "Cello, keep your distraction."
"Got it!"
"Terakhir, Foxx, kali ini tolong ikuti perintahku." aku sangat berharap pada Foxx kali ini. Aku tidak perlu menyuruh Foxx untuk mengubah senjatanya karena dia sekarang sudah menggunakan senjata dengan elemen fisik.
"Baiklah." jawab Foxx, ia mundur beberapa langkah di belakangku. Di depan, Avery sedang berusaha mendekati elang raksasa itu.
Aku harus mendapat momentum kali ini. Sangat susah untuk berfokus pada waktu kali ini jika ada pikiran lain yang terus membayangiku setiap saat.
Beberapa gerakan unik dari Avery untuk menghindari dan bertahan dari serangan elang raksasa itu. Setelah ia cukup dekat elang itu, aku segera mendekati Avery. Cello masih sibuk dengan elang itu juga.
Tepat ketika elang itu mengubah arah, serangan tiba-tiba dari Cello mengejutkan elang itu tepat di atas kepalanya, rubuh, kini Avery mencoba menaiki elang itu. Melalui sayapnya, dengan sedikit susah payah, ia berhasil meraih pundak elang itu.
Sebuah pukulan telak di kepala elang itu dengan perisai yang dipegang oleh Avery. Confuse.
Kini giliranku mendekat selagi efek confuse itu masih ada. Beberapa meter aku di depan elang itu, aku mengaktifkan skill yang bernama Close Call. Dengan beberapa gerakan otomatis, beberapa anak panah terambil, gerakan ini bahkan sedikit aneh, tidak menggunakan panah itu, anak panah ini kupegang, kulempar seperti pisau, gerakan super kilat ketika aku menembakkan satu anak panah lain dengan panahku. Panah yang kutembakkan justru seperti memberi dorongan lain kepada panah yang kulempar tadi. Efek elemen tanah tercipta dan mengenai crictical spot elang itu.
Tanah mengelilinginya. Aku membeku tidak bisa bergerak.
"Avery, sekarang!"
Sebuah skill dari Avery.
Efek air yang tercipta menyatu dengan tanah. Avery melompat dari elang itu, melempar tombaknya, sebuah gerakan dari tangannya berupa genggaman pada angin. Air dan tanah yang di kombinasi itu berubah mengeras.
"Foxx!"
Sebuah pergantian cepat dari Avery untuk Foxx. Ia mengeluarkan salah satu skill terhebatnya. Skill itu secara ajaib mengubah pedang claymorenya menjadi pedang hologram yang besar. Dengan berlari dan sebuah lompatan besar di ujung sana, Foxx menghempaskan pedangnya dengan kekuatan penuh tepat ke arah tanah yang membeku di sekeliling elang itu.
Tanah yang membeku itu terpecah setelah hempasan pedang Foxx mengenainya. Seperti yang kuharapkan, damage yang dihasilkan cukup signifikan, mungkin bahkan itu adalah damage terbesar yang pernah kuciptakan, setidaknya dari campur tanganku.
Setiap pecahan tanah yang terpecah menghasilkan damage sendiri, dan, kau bahkan tidak akan dapat menghitung pecahan-pecahannya. Kombinasi dari tiga skill yang aku sendiri bahkan tidak yakin bahwa itu bisa terjadi.
Sekitar 25% lagi. Sebanyak itu HP yang tersisa dari elang raksasa yang sekarang berada tepat di hadapanku.
Hal yang tidak terduga adalah ketika elang itu mengubah gaya bertarungnya. Terlihat sangat marah, ia menghempasku dengan kepakan sayapnya. Aku masih membeku ketika terhempas beberapa meter, HPku turun secara drastis, Arianne berusaha maju untuk menyembuhkanku, namun telat, HPku mencapai angka satu terlebih dahulu dengan serangan beruntun dari elang itu. Aku dipindahkan secara otomatis ke luar raid.

--
 

Cari

Labels

Article (1) Cover (1) Final Fantasy IX (5) GameStory (1) How To (2) Jimmy (3) Kita dan Dia (1) Legacy (22) Lyric (28) Movie Review (2) Music (1) Novel (25) Poetry (2) Story Fiction (30) Tips (8) Tutorial (2)