24 May 2015

Legacy - 05.3

(Image: framingpainting.com)

---

Legacy © Fariz Azmi


26 Juli 2018
"Hei hei, ayo kita segera ke sana, kita akan dipanggil!" Foxx menengok dari luar tenda, itu, setidaknya itulah pekerjaannya dari tadi pagi hingga menjelang sore ini, menunggu di depan tenda, dengan semangat seperti biasanya, wajahnya berseri ketika mendengar nomor urut kompetisi untuk party sudah cukup dekat, mungkin hanya tersisa sekitar kurang lebih tiga puluh.

"Ah, tidak usah terlalu bersemangat seperti itu." ucapku memandangnya, aku sedang mengecek perlengkapan yang akan kupakai nanti di dalam, mungkin kali ini akan cocok dengan armor dengan aggro yang kecil karena tempatnya tidak terlalu luas.
"Memangnya kenapa?" tanya Foxx dengan memasang wajah manyunnya "Ini ‘kan pertama kalinya aku ikut seperti ini!"
"Iya, tapi kau juga perlu stamina nanti, jadi jangan dihabiskan sekarang untuk semangat yang berlebihan seperti itu." jawabku. Arianne terkekeh mendengar ucapanku setelahnya. Aku memandangnya, jarang sekali aku melihatnya tertawa kecil seperti itu atau setidaknya mengganti ekspresi datarnya.
"Kau juga ikut meledekku ya, Arianne?" dengan tatapan tajam Foxx langsung mengalihkan pandangannya terhadap Arianne setelah kekehannya dan Arianne langsung diam dengan sekejap, kali ini aku yang sangat ingin tertawa.
"Ti-tidak, kok!" jawab Arianne, kemudian berlalu begitu saja.
"Ucapan Blue benar, Foxx. Sebaiknya kau menghemat staminamu untuk nanti." ucap Avery yang tiba-tiba sudah berada di sebelahku, aku kaget sedikit memandangnya. Jarang sekali ia seperti ini.
"Baiklah, baiklah." Foxx lalu menghentikan tindakannya.
"Lebih baik kau gunakan untuk mengecek perlengkapan seperti yang Blue lakukan." ucapnya, diikuti dengan senyum simpul. Aku benar-benar ingin tertawa, Foxx seperti dipukul telak kali ini.
"Ah, Blue, tidak adil!" Foxx kemudian merengek sambil mengguncang-guncang lenganku yang sedang menutupi mulutku untuk tidak terlihat kalau aku sedang tertawa.
Walaupun keadaan ini sangat menyenangkan seperti biasanya, otakku tidak bisa fokus pada kompetisi ini, ucapan Kyle kemarin sangat mengganggu dan terus-menerus muncul.
Apakah itu benar-benar Violet?
Seperti itulah, sulit melupakan.
Ini dilema.
"Blue..."
Aku tidak bisa, aku harus segera memulai rencana itu.
"Blue!" panggil Foxx yang entah kapan sudah berada di dekatku, berbeda dengan Avery yang sudah entah ke mana. Aku sempat kaget dengan panggilan Foxx barusan. "Ada apa? Kau melamun?"
"Eh? Oh, tidak, kok!" elakku, memang aku barusan sedang melamun, berpikir apa yang Violet lakukan sekarang. Apakah dia baik-baik saja?
"Hmm, kau terlihat berbeda barusan!" ucapnya sambil mengacungkan jari telunjuknya ke arahku dan mendekatkan dirinya padaku, menatapku dengan pandangan mata yang berarti ada-apa-denganmu-sekarang. Beberapa detik "Ah, mungkin hanya perasaanku saja." ucapnya, dia memundurkan tubuhnya lalu menaruh tangannya pada dagu, berpikir, kemudian ia menggeleng dengan cepat.
Dia benar-benar gadis yang sulit ditebak.
"Apa armor yang akan kau pakai nanti?" tanyanya, sambil membuka opsi status dan equipment.
"Kukira aku akan memakai armor dengan aggro yang kecil karena tempatnya tidak luas." jawabku.
"Yang mana? Yang berwarna hitam itu?"
Jeda, aku mengingat-ingat warna armor itu.
"Ya."
"Oh~ lalu kau merekomendasikanku menggunakan armor apa?" ia melanjutkan pertanyaannya sambil memberi lihat apa saja armornya.
"Hmm," aku melihat beberapa daftar armor yang lumayan bagus untuk ukuran levelnya. Mungkin di raid nanti, yang akan berguna menggunakan aggro besar hanya Avery saja, karena tempatnya sempit "Pilih saja yang aggronya kecil tapi seimbang pada stat lainnya."
"Kalau begitu ini saja." ucapnya, ia menekan sebuah nama armor yang opsinya cukup bagus dan seimbang, nampaknya dia mempunyai insting memilih yang cukup bagus.
Setelahnya, Foxx pergi kembali keluar tenda.
Aku kembali terdiam, melihat sekeliling. Avery sedang melakukan sesuatu, entah apa itu, mungkin sedang mengecek skill­ atau armor. Sedangkan Cello sedang tidur, tidak biasanya dia tidur seperti itu, paling tidak dia biasanya sekarang sedang ngeluyur entah ke mana dan akan datang tanpa kami sadari ketika akan memasuki raid. Mataku teralihkan pada makhluk yang satu lagi: Arianne. Walaupun wajahnya datar, ternyata dia mirip seperti Violet ketika sedang diam seperti itu, hanya saja Arianne adalah versi rambut panjangnya Violet, serta, versi wajah datarnya.
Kalau boleh aku bilang, menurutku Arianne lebih menarik perhatianku daripada Foxx, in some way yang tidak dapat kujelaskan.
Kupandangi dia, tanpa kusadari dia menatapku, tersenyum simpul sambil menyisir rambutnya yang jatuh ke samping dengan jarinya, di samping telinganya. Oh, aku sangat suka ketika seorang gadis melakukan itu. Itu terlihat, seksi.
Ah, itu sekarang tidak penting. Yang lebih penting saat ini adalah memikirkan bagaimana nasib Violet. Aku tahu itu hal yang bodoh, dan aku berpikir mungkin bahkan Violet sendiri belum tentu memikirkan hal yang sama.
Tapi itu tidak penting menurutku, kebanyakan orang melakukan hal yang sia-sia, sebagian tahu dan tidak melakukannya, sebagian lagi tahu dan tetap melakukannya. Dan aku? Kukira aku sekarang adalah opsi kedua.
Tidak, tidak. Sekarang seharusnya aku memikirkan bagaimana caranya supaya dapat memenangkan raid ini.

--

Cari

Labels

Article (1) Cover (1) Final Fantasy IX (5) GameStory (1) How To (2) Jimmy (3) Kita dan Dia (1) Legacy (22) Lyric (28) Movie Review (2) Music (1) Novel (25) Poetry (2) Story Fiction (30) Tips (8) Tutorial (2)