22 May 2015

Legacy - 05.2

(Image: deviantart.net)

---

Legacy © Fariz Azmi


Kami berjalan tidak jauh dari sana, selain menghindari keramaian, ternyata pemandangan di sini tidak begitu buruk. Kyle berjalan di depanku, menuju sebuah batu yang cukup besar yang berada di ujung tebing, mendudukinya.
"Jadi, apa yang bisa kauceritakan tentang raid itu?" aku memulai pembicaraan tentang tujuanku kemari, aku tidak akan membuang waktuku untuk berbasa-basi dengannya.
"Tidak banyak." ucapnya. Seraya terlihat berpikir ia melihat langit yang hari ini cukup cerah.

"Hmm?" tanyaku mengulangi.
"Sebenarnya, kami tidak berhasil memasuki raid itu hingga selesai, mungkin kira-kira hanya seperempatnya saja." dia terkekeh memandangku, lalu kembali tertoleh ke arah cakrawala yang berada di depannya.
"Sesusah itukah?" tanyaku, menaikkan sebelah alisku, berarti ini memang raid dengan level yang belum pernah kurasakan, pikirku.
"Kurang lebih, ya." dia menaikkan kedua bahunya, jawaban yang kutahu antara iya dan tidak.
"Bagaimana dengan monsternya? Lalu labirinnya?" lanjutku, aku berjalan ke depan menuju pembatas tebing kecil yang bahkan sudah rapuh, menyandarkan kedua tanganku di sana, sedikit membungkuk memandang hutan yang ada di bawah tebing itu, sedikit ngeri kalau saja sampai terjatuh.
"Sebentar-sebentar." dia terkekeh menanggapi pertanyaanku, mungkin terlalu berlebihan kalau untuk setingkat orang yang mencari informasi darinya.
"Baiklah." aku menoleh ke arahnya, lalu kembali memandang dasar tebing yang cukup dalam.
"Lihat, bertemu denganmu itu sebuah kebetulan," ia mengubah posisi duduknya, ekspresinya menjadi lebih serius kali ini "Aku tahu kau dapat kupercaya dengan sesuatu, dan aku tidak tahu kepada siapa lagi aku harus berbicara ini karena aku sudah tidak tahan lagi untuk membicarakannya."  dia berjalan dan berhenti tepat di sebelahku.
"Tunggu," aku tersenyum tidak mengerti dengan perkataannya "Aku tidak mengerti maksudmu." entah apa yang dia maksud, aku tidak sepenuhnya paham, namun aku menunggu kelanjutan ucapannya.
"Apa kau masih tidak menyadari apa yang sebenarnya terjadi di sini dalam empat bulan kita semua terjebak di sini?" ekspresinya seperti curiga akan sesuatu, serta sedikit tetesan ketakutan di dalamnya, aku tahu kenapa kita terjebak di sini.
"Yah, semua orang pasti mengerti dengan semua hal itu." jawabku malas, memang apa lagi yang semua orang tidak ketahui tentang hari itu? Semuanya pasti mengerti.
"Bukan itu, ada hal lain yang mengganggu." jadi bukan hal itu yang ia maksud? Lalu apa?
"Hal lain?" tanyaku singkat, keningku mengerut.
"Kau tidak memperhatikan sekitarmu? Ada sesuatu yang sedang terjadi." baiklah, aku menjadi semakin tidak mengerti dan ingin tahu apa yang ia maksud.
"Sesuatu apa? Bisakah kau menjelaskan itu lebih detil?"
"Kabar burung ini masih belum kupastikan kebenarannya, tapi, ini sangat menggangguku dan sebagian besar player yang mendengar kabar ini." kabar burung? Apa sama seperti yang Casey ucapkan? Apa ini terjadi tidak hanya di satu tempat? Namun beberapa tempat sekaligus?
"..." aku diam dan terus berpikir, menunggu kelanjutan informasi itu.
" Olympus, Golden Ink, Blacklist, Euronesia, Eternality, Seventh Heaven, Aurora, Necromancer." dia menyebutkan delapan guild, aku mengenal beberapa nama guild itu.
"Ada apa dengan nama-nama itu?" tanyaku, mundur satu langkah.
"Itu adalah nama-nama guild yang akhir-akhir ini dibicarakan."
"Hmm, aku hanya mengetahui tentang Seventh Heaven kemarin, dari seorang teman. Tapi aku tidak yakin kalau kabar itu sama dengan kabar yang aku dapat dari temanku. Aku tidak tahu kalau begitu banyak guild lain yang terlibat. Dan, bukankah kau adalah anggota Aurora?" jelasku sedikit panjang, aku mengingat-ingat kalau tiga tahun lalu, dia adalah anggota guild Aurora, begitu juga dengan Elizabeth dan Sandara. Guild Aurora adalah guild yang cukup tenar, bisa kubilang begitu.
"Benar, aku sudah keluar. Aku tidak memberitahumu kalau semua yang kusebutkan saling terkait, aku hanya menyebutkan nama-nama yang beredar dari kabar burung di tempat yang berbeda. Dan aku rasa mereka memang ada keterkaitan satu sama lain, walaupun tidak secara langsung." apalagi memang kalau bukan mengarah ke sana?
"Ini menarik, apalagi yang kau ketahui?" aku memandangnya dengan tatapan tertarikku kemudian kembali memandangi tebing itu, ini adalah berita yang sangat berharga.
"Aku hanya tahu dari temanku yang masih berada di Aurora, setelah guild leader diganti oleh orang baru, disitulah kejanggalan mulai terjadi." sudah kuduga, berarti ini tidak hanya terjadi di satu tempat saja namun dua tempat, dan keenam lainnya butuh konfirmasi.
"Orang baru? Tidak berbeda dengan cerita temanku tentang Seventh Heaven. Apa lagi? Apa kau tahu siapa ketua pengganti itu?" tanyaku menggebu seraya menoleh menatapnya, sedangkan ia hanya menatap tebing itu seperti yang tadi kulakukan. Aku penasaran dengan informasi itu.
"Aku pernah melihatnya. Cowok itu, Pixie Warrior muda yang aneh, bersama seorang gadis Elementalist yang juga Pixie pada saat itu." oke, pikiranku tertuju kepada dua orang, dan kau tahu siapa.
"Warrior? Elementalist?"
"Ya."
"Apa kau tahu seperti apa gadis Elementalist itu? Ciri-cirinya?" alihku kepada Elementalist yang ia maksud tadi.
"Aku, sih, tidak terlalu memperhatikan, soalnya dia mengenakan jubah, jadi aku tidak dapat melihat wajahnya—tapi hey, kenapa kau malah bertanya tentang gadis itu?" terangnya sedikit namun cukup jelas untuk ciri-ciri yang kubutuhkan untuk mencocokkan Elementalist itu.
"Memangnya kapan hari itu? Saat kau keluar guild?" tanyaku lebih lanjut tanpa menghiraukan perkataannya barusan.
"Seingatku pertengahan februari." ini tidak mungkin kalau kebetulan, aku cukup yakin kali ini setelah penjelasannya barusan, Warrior yang ia maksud pasti Gabrielle, dan Elementalist itu pasti Violet. Tidak salah lagi.
"Apa kau tahu nick mereka berdua?" tanyaku, ini pertanyaan yang ingin kutanyakan sejak dia menyebutkan Warrior dan Elementalist itu.
"Aku tidak yakin, soalnya aku tidak tertarik untuk mengenal mereka, hanya sekedar tahu kalau itu adalah orang baru."
"Kau yakin?" ucapku memastikan.
"Yah, cukup yakin, lah."
"Ah." aku memukul pembatas jurang itu dengan tangan kananku, retak sedikit.
"Kau tak apa, Blue?"
"Y-ya, aku baik-baik saja," aku bingung, entah harus bagaimana lagi, aku tidak mungkin membiarkan Violet bersama orang yang salah lagi. Aku harus bertindak secepatnya sebelum semua terlambat. "Terima kasih untuk informasi itu, Kyle, aku sangat menghargainya," aku berjalan menjauhinya, sambil berpikir apa yang akan kulakukan selanjutnya. Ini semua begitu cepat kalau mengetahui semua kabar yang kudengar selalu berkaitan dengan orang yang salah. "Aku mau kembali dulu." ucapku. Dia terdiam di sana, mungkin bingung ada apa denganku setelah mendengar ceritanya.
Pikiranku masih kacau setelahnya. Aku kembali tanpa mendapatkan informasi untuk Avery dan yang lainnya. Aku, hanya bingung memikirkannya.

--

Cari

Labels

Article (1) Cover (1) Final Fantasy IX (5) GameStory (1) How To (2) Jimmy (3) Kita dan Dia (1) Legacy (22) Lyric (28) Movie Review (2) Music (1) Novel (25) Poetry (2) Story Fiction (30) Tips (8) Tutorial (2)